Kronologi dan Peristiwa-peristiwa Politik Penting Pada Masa Orde Baru
1. Lahirnya Tritura
Usaha penumpasan G 30 S/PKI telah menunjukkan hasil
yang memuaskan. Kerja sama ABRI dengan rakyat telah berhasil melumpuhkan
PKI.Akan tetapi, secara politik PKI masih berdiri sebagai sebuah partai
politik. Sejauh itu presiden Soekarno belum mau menindak PKI yang
terang-terangan telah melakukan upaya kudeta. Berbeda dengan pemerintah pusat,
penguasa militer di Jawa Barat dan Jakarta serta masyarakat di Jawa Timur segera
membekukan kegiatan PKI dan ormas-ormasnya. Sementara itu di tengah tengah
ketidak tegasan sikap pemerintah terhadap PKI, rakyat di daerah-daerah menjadi
tidak sabar dan mengambil tindakan sendiri dengan jalan membunuh tokoh-tokoh
PKI. Aksi kekerasan itu terjadi terutama di Jawa, Bali dan Sumatera
Utara.Mencermati situasi seperti itu, banyak cabang dan ranting PKI di
daerah-daerah segera membubarkan diri.
Para pemimpin dan pengikut PKI berusahamenyerahkan
diri kepada alat negara. Pada tanggal 25 Oktober 1965, paramahasiswa
UImendirikan KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia). Selain KAMI, bermunculan
pula kesatuan aksi lainnya, seperti: KAPI (KesatuanAksi Pelajar Indonesia),
KAPPI (KesatuanAksi Pemuda Pelajar Indonesia),
KAGI (Kesatuan Aksi Guru Indonesia), KASI (Kesatuan Aksi Sarjana Indonesia), KAWI (KesatuanAksi Wanita Indonesia), KABI (KesatuanAksi Buruh Indonesia)
Kesatuan-kesatuan aksi pada dasarnyamenuntut pembubaran PKI dan upaya hukum penyelesaian pemberontakan G 30 S/PKI. Kesatuan-kesatuan aksi itu, pada tanggal 23 Oktober 1965 membentuk wadah yang bernama “Front Pancasila”, yang bersama-sama dengan organisasi yangmenentang PKImengadakan rapat akbar tanggal 26Oktober 1965
di lapangan Banteng, Jakarta.
KAGI (Kesatuan Aksi Guru Indonesia), KASI (Kesatuan Aksi Sarjana Indonesia), KAWI (KesatuanAksi Wanita Indonesia), KABI (KesatuanAksi Buruh Indonesia)
Kesatuan-kesatuan aksi pada dasarnyamenuntut pembubaran PKI dan upaya hukum penyelesaian pemberontakan G 30 S/PKI. Kesatuan-kesatuan aksi itu, pada tanggal 23 Oktober 1965 membentuk wadah yang bernama “Front Pancasila”, yang bersama-sama dengan organisasi yangmenentang PKImengadakan rapat akbar tanggal 26Oktober 1965
di lapangan Banteng, Jakarta.
Dengan memperhatikan sikap-sikap presiden Soekarno
tersebut, rakyat dan para kesatuan aksi semakin berani menuntut pembubaran PKI
danmengadili tokoh-tokohnya, termasuk menuduh presiden Soekarno sebagai
pemimpin yang pro-PKI. Dengan dasar pertimbangankemelut politik yang
tidakmenentu danmembumbungnya harga-harga kebutuhan pokok. Oleh karena itu pada
tanggal 10 Januari 1966 KAMI dan KAPPI memelopori kesatuan-kesatuan aksi
yang tergabung dalam Front Pancasila. Kemudian
pada tanggal 12 Januari 1966 mereka berkumpul di halaman Gedung DPR-GR
untuk mengajukan Tiga Tuntutan Hati
Nurani Rakyat yang terkenal dengan Tri Tuntutan Rakyat (Tritura) (pembubaran PKI beserta organisasi
massanya, pembersihan kabinet Dwikora, penurunan harga-harga barang).
Adapun isi dari Tritura adalah:
a. Bubarkan PKI
b. Bersihkan kabinet Dwikora dari unsur-unsur G 30 S/PKI
c. Turunkan harga

a. Bubarkan PKI
b. Bersihkan kabinet Dwikora dari unsur-unsur G 30 S/PKI
c. Turunkan harga
Aksi-aksi Tritura berlangsung selama 60 hari.Makin
hari mereka makin giat melakukan demonstrasi apalagi pemerintahmelakukan
tindakan yang bertentangan dengan kehendak rakyat.
Pada tanggal 24 Februari 1966, para demonstran menggelar aksi serentak untuk menggagalkan peresmian kabinet. Dalam bentrokan di depan Istana Merdeka, seorang mahasiswa, Arief Rahman Hakim, gugur terkena tembakan Resimen Cakrabirawa. Ia kemudian diangkat menjadi Pahlawan Ampera. Sehari setelah insiden itu, presiden membubarkan KAMI.
Pada tanggal 24 Februari 1966, para demonstran menggelar aksi serentak untuk menggagalkan peresmian kabinet. Dalam bentrokan di depan Istana Merdeka, seorang mahasiswa, Arief Rahman Hakim, gugur terkena tembakan Resimen Cakrabirawa. Ia kemudian diangkat menjadi Pahlawan Ampera. Sehari setelah insiden itu, presiden membubarkan KAMI.
2. Surat Perintah Sebelas Maret (SUPERSEMAR)
Tanggal 11Maret 1966 para pelajar dan mahasiswa
siap memboikot sidang paripurna kabinet Dwikora yang disempurnakan. Sidang
kabinet dipimpin oleh presiden Soekarno.
Pada saat sidang kabinet berjalan, Brigjen Sabur (ajudan presiden/komandan pasukan pengawal cakrabirawa)melihat “pasukan tak dikenal” berkeliaran di sekitar IstanaMerdeka. Ia segera melaporkan kepada presiden tentang keberadaan pasukan tak dikenal itu. Demi keselamatan jiwa, presiden Soekarno memutuskan meninggalkan sidang dan menyerahkan pimpinan sidang kepada WaperdamII, Dr. J. Leimena, presiden kemudian meninggalkan sidangmenuju Istana Bogor dengan disertai WaperdamIDr. Soebandrio dan Waperdam III Chaerul Saleh.
Pada saat sidang kabinet berjalan, Brigjen Sabur (ajudan presiden/komandan pasukan pengawal cakrabirawa)melihat “pasukan tak dikenal” berkeliaran di sekitar IstanaMerdeka. Ia segera melaporkan kepada presiden tentang keberadaan pasukan tak dikenal itu. Demi keselamatan jiwa, presiden Soekarno memutuskan meninggalkan sidang dan menyerahkan pimpinan sidang kepada WaperdamII, Dr. J. Leimena, presiden kemudian meninggalkan sidangmenuju Istana Bogor dengan disertai WaperdamIDr. Soebandrio dan Waperdam III Chaerul Saleh.
Setelah sidang ditutup, tiga perwira tinggi ABRI yang
ikut menghadiri rapat segera mengambil prakarsa untuk menemui presiden Soekarno
di Istana Bogor. Mereka ingin menjelaskan keadaan yang sebenarnya dan ingin
meyakinkan bahwa Angkatan Darat masih tetap setia dan taat kepada presiden.
Tiga orang perwira tinggi itu ialah Mayjen Basuki Rachmat (Menteri Urusan
Veteran danMobilisasi),BrigjenM. Jusuf (MenteriPerindustrian), dan Brigjen Amirmachmud
(PangdamV/Jaya). Sebelum berangkat keBogor, ketiga perwira tinggi itu menemui
Letjen Soeharto di kediamannya. Ketiga perwiramelaporkan peristiwa yang terjadi
di istana negara dan sekaligus meminta izin untukmenemui presiden. Letjen
Soeharto yang sedang sakit mengizinkan ketiga perwira menemui presiden di
istana Bogor. Ia juga menitipkan pesan untuk disampaikan kepada presiden
Soekarno yang menyatakan kesanggupannya mengatasi keadaan apabila presiden
mempercayakan kepada dirinya. Penyusunan Surat Perintah Sebelas Maret.
Pada waktu ketiga perwira tinggi itumenghadap presiden
di istana Bogor, di sana telah hadir Waperdam I Dr. Soebandrio dan Waperdam III
Chaerul Saleh. Setelah itu disusul kedatangan ajudan presiden Brigjen Sabur.
Setelah diadakan pembicaraan yang mendalam terhadap situasi dan kondisi negara
RI, presiden Soekarno akhirnya setuju untuk memberi surat perintah kepada
Letjen Soeharto. Kemudian pada tokoh-tokoh yang hadi rdi tempat tersebut,
presiden Soekarno menugaskan untuk merumuskan surat perintah. Pada sekitar
pukul 19.00 WIB surat perintah tersebut rampung disusun dan ditandatangani oleh
presiden. Suratperintah tersebut beris ipemberian mandat kepada LetjenSoeharto
selaku panglima angkatan daratdan Pangkop kamtib untuk memulihkan keadaan dan
kewibawaan pemerintah. Dalammenjalankan tugas, penerimamandat diharuskan
melaporkan segala sesuatu kepada presiden.Mandat itu kemudian dikenal sebagai
Surat Perintah11Maret (Supersemar). Jadi ada beberapa faktor yang
melatar belakangi lahirnya Supersemar, antara lain:
a. Situasi negara dalam keadaan kacau dan genting.
b. Untukmengatasi situasi yang kacau dan genting sebagai akibat pemberontakan G 30 S/PKI.
c. MenyelamatkanNegara Kesatuan Republik Indonesia.
d. Untukmemulihkan keadaan danwibawa pemerintah.
a. Situasi negara dalam keadaan kacau dan genting.
b. Untukmengatasi situasi yang kacau dan genting sebagai akibat pemberontakan G 30 S/PKI.
c. MenyelamatkanNegara Kesatuan Republik Indonesia.
d. Untukmemulihkan keadaan danwibawa pemerintah.
Langkah awal
yang dilakukan oleh Jenderal Soeharto adalah membubarkan dan melarang PKI
beseta unsur-unsur yang berada di belakangnya, mulai 12 Maret 1966.
Selanjutnya, mayjen Soeharto melaksanakan penahanan atas 15 Orang anggota
kabinet yang dinilai telah terlibat dalam peristiwa G30S/PKI. Langkah-langkah
yang ditempuh oleh Soeharto itu berhasil memenuhi tuntutan masyarakat yang
terdapat dalam Tritura, terutama dalam hal pembubaran PKI. Selanjutnya,
Soeharto merencanakan Program-program perbaikan ekonomi dan kesejahteraan
rakyat. Pada saat itulah Era Orde Baru dimulai.
3. Dualisme Kepemimpinan Nasional dan Ditolaknya Pidato Pertanggung jawaban
Presiden Soekarno

Dalam pelaksanaannya, pembentukan kabinet Ampera
ternyata berakibat munculnya “dualisme kepemimpinan nasional”, yaitu Soekarno
sebagai pimpinan pemerintahan dan Soeharto sebagai pelaksana pemerintahan.
Presiden Soekarno sudah tidak banyak melakukan tindakan-tindakan pemerintahan,
sedangkan sebaliknya Letjend Soeharto banyak menjalankan tugas-tugas harian
pemerintahan.Adanya “Dualisme kepemimpinan nasional” ini akhirnya menimbulkan
pertentangan politik dalam masyarakat, yaitu mengarah pada munculnya pendukung
Soekarno dan pendukung Soeharto. Hal ini jelas membahayakan persatuan dan
kesatuan bangsa. Demi menjaga keutuhan hidup berbangsa dan bernegara, presiden
Soekarno menyerahkan kekuasaan pemerintahan kepada pengemban Tap. MPRS. No.
IX/MPRS/ 1966 Jenderal Soeharto pada 23 Februari 1967. Sebagai tindak lanjut,
pada 7 - 12Maret 1967 diselenggarakan Sidang Istimewa MPRS dengan tema
utama mengenai pertanggungjawaban presiden selaku mandataris MPRS.
Pada tanggal 22 Juni 1966, presiden Soekarno
menyampaikan pidato NAWAKSARA dalam persidangan MPRS. Nawa berasal dari bahasa
Sansekerta yang berarti sembilan,
dan Aksara berarti huruf atau istilah. Pidato itumemang berisi sembilan pokok persoalan yang dianggap penting oleh presiden Soekarno, selakumandatarisMPR. Isi pidato tersebut hanya sedikit menyinggung sebab-sebabmeletusnya peristiwa berdarah yang terjadi pada tanggal 30 September 1965. Pengabaian peristiwa yangmengakibatkan gugurnya sejumlah jenderal angkatan darat itu tidak memutuskan anggotaMPRS.Melalui Keputusan Nomor 5/MPRS/1966,MPRSmemutuskan untukminta kepada presiden agarmelengkapi laporan pertanggung jawabannya, khususnya mengenai sebab-sebab terjadinya peristiwa Gerakan 30 September beserta epilognya dan masalah kemunduran ekonomi serta akhlak. Pada tanggal 10 Januari 1967 presidenmenyampaikan surat kepada pimpinanMPRS yang berisi Pelengkap Nawaksara. Dalam Pelnawaksara itu presiden mengemukakan bahwa mandataris MPRS hanya mempertanggung jawabkan pelaksanaan Garis-garis Besar Haluan Negara dan bukan hal-hal yang lain. Nawaksara baginya hanya sebagai progress report yang ia sampaikan secara sukarela. Ia juga menolak untuk seorang diri mempertanggungjawabkan terjadinya peristiwa Gerakan 30 September, kemerosotan ekonomi, dan akhlak. Setelah membahas Pelnawaksara pada tanggal 21 Januari 1967, pimpinan MPRS menyatakan
bahwa presiden telah alpa dalammemenuhi ketentuan konstitusional.
dan Aksara berarti huruf atau istilah. Pidato itumemang berisi sembilan pokok persoalan yang dianggap penting oleh presiden Soekarno, selakumandatarisMPR. Isi pidato tersebut hanya sedikit menyinggung sebab-sebabmeletusnya peristiwa berdarah yang terjadi pada tanggal 30 September 1965. Pengabaian peristiwa yangmengakibatkan gugurnya sejumlah jenderal angkatan darat itu tidak memutuskan anggotaMPRS.Melalui Keputusan Nomor 5/MPRS/1966,MPRSmemutuskan untukminta kepada presiden agarmelengkapi laporan pertanggung jawabannya, khususnya mengenai sebab-sebab terjadinya peristiwa Gerakan 30 September beserta epilognya dan masalah kemunduran ekonomi serta akhlak. Pada tanggal 10 Januari 1967 presidenmenyampaikan surat kepada pimpinanMPRS yang berisi Pelengkap Nawaksara. Dalam Pelnawaksara itu presiden mengemukakan bahwa mandataris MPRS hanya mempertanggung jawabkan pelaksanaan Garis-garis Besar Haluan Negara dan bukan hal-hal yang lain. Nawaksara baginya hanya sebagai progress report yang ia sampaikan secara sukarela. Ia juga menolak untuk seorang diri mempertanggungjawabkan terjadinya peristiwa Gerakan 30 September, kemerosotan ekonomi, dan akhlak. Setelah membahas Pelnawaksara pada tanggal 21 Januari 1967, pimpinan MPRS menyatakan
bahwa presiden telah alpa dalammemenuhi ketentuan konstitusional.
Sementara itu, DPR-GR berpendapat bahwa Pelnawaksara
itu tidak lengkap dan memutuskan untukmenolaknya. Pada tanggal 9 Februari
1967,DPR-GRmenyatakan bahwa kepemimpinan presidenIr. Soekarno secara
konstitusional,politis/ideologismembahayakan keselamatan dan keutuhan
negara.Mereka lalumengajukan resolusi agar pimpinan MPRS mengadakan sidang
istimewa untuk memberhentikan Ir. Soekarnodanmengangkat Soeharto sebagai
pejabat presiden.
4. Kronologis Peristiwa Politik Pada Masa Orde Baru
adalah sebagai berikut:
a. Tanggal 11Maret 1966 : Keluarnya Supersemar sebagai tanggal lahirnya Orde Baru
b. Tanggal 11 Agustus 1966 : Normalisasi hubungan antara Indonesia dengan Malaysia
c. Tanggal 28 September 1966 : Indonesiamasuk kembalimenjadi anggota PBB
d. Tanggal 23 Februari 1967 : Presiden Soekarno menyerahkan kekuasaan pada Letjend Soeharto
e. Tanggal 12Maret 1967 : Letjend Soeharto d ilantikmenjadi pejabat presiden RI
f. Tanggal 27Maret 1968 : Letjend Soeharto dilantik menjadi Presiden ke-2 Republik Indonesia
g. Tanggal 3 Juli 1971 : Pemilu pertama padamasa Orde Baru
h. Tanggal 2 Mei 1977 : Pemilu kedua padamasa Orde Baru
i. Tanggal 4 Mei 1982 : Pemilu ketiga padamasa Orde Baru
j. Tanggal 23 April 1987 : Pemilu keempat padamasaOrde Baru
k. Tanggal 9 Juni 1992 : Pemilu kelima padamasa Orde Baru
adalah sebagai berikut:
a. Tanggal 11Maret 1966 : Keluarnya Supersemar sebagai tanggal lahirnya Orde Baru
b. Tanggal 11 Agustus 1966 : Normalisasi hubungan antara Indonesia dengan Malaysia
c. Tanggal 28 September 1966 : Indonesiamasuk kembalimenjadi anggota PBB
d. Tanggal 23 Februari 1967 : Presiden Soekarno menyerahkan kekuasaan pada Letjend Soeharto
e. Tanggal 12Maret 1967 : Letjend Soeharto d ilantikmenjadi pejabat presiden RI
f. Tanggal 27Maret 1968 : Letjend Soeharto dilantik menjadi Presiden ke-2 Republik Indonesia
g. Tanggal 3 Juli 1971 : Pemilu pertama padamasa Orde Baru
h. Tanggal 2 Mei 1977 : Pemilu kedua padamasa Orde Baru
i. Tanggal 4 Mei 1982 : Pemilu ketiga padamasa Orde Baru
j. Tanggal 23 April 1987 : Pemilu keempat padamasaOrde Baru
k. Tanggal 9 Juni 1992 : Pemilu kelima padamasa Orde Baru
l. Tanggal 29 Mei 1997 : Pemilu keenam padamasaOrde Baru
5. Peristiwa-peristiwa Politik Pada Masa Orde Baru
Demikianlah pada tanggal 12 Maret 1967 Jenderal
Soeharto dilantik menjadi pejabat presiden Republik Indonesia oleh ketua MPRS
Jenderal Abdul Haris Nasution. Setelah setahun menjadi pejabat presiden,
Soeharto dilantikmenjadi presiden Republik Indonesia pada tanggal 27Maret 1968
dalamSidangUmum VMPRS.Melalui Tap No. XLIV/MPRS/
1968, Jenderal Soeharto dikukuhkan sebagai presiden Republik Indonesia hingga terpilih presiden olehMPR hasil pemilu. Rezimkini benar-benar berganti dan Indonesia memasuki periode Orde Baru. Tanggal lahirnya Orde Baru adalah keluarnya surat perintah tanggal 11 Maret 1966 yang terkenal dengan nama Supersemar.
1968, Jenderal Soeharto dikukuhkan sebagai presiden Republik Indonesia hingga terpilih presiden olehMPR hasil pemilu. Rezimkini benar-benar berganti dan Indonesia memasuki periode Orde Baru. Tanggal lahirnya Orde Baru adalah keluarnya surat perintah tanggal 11 Maret 1966 yang terkenal dengan nama Supersemar.
Pengertian Orde Baru bila didasarkan pada isi pidato
pejabat presiden Letjend Soeharto dalam Sidang Paripurna Kabinet Ampera tanggal
1April 1967 di Jakarta.Orde Baru adalah suatu tatanan seluruh perikehidupan
rakyat, bangsa dan negara RI yang diletakkan kepada kemurnian pelaksanaan
Pancasila dan UUD 1945. Tujuan Orde Baru adalah mewujudkan masyarakat yang adil
dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam wadah Negara Kesatuan RI,
serta turut melaksanakan ketertibandunia yangberdasarkanpada
kemerdekaan,perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Landasan pelaksanaan Orde Baru:
- Landasan idiil adalah Pancasila
- Landasan konstitusional adalah UUD 1945
- Landasan situasional/operasional adalah ketetapan MPRS
Semenjak lahirnya Orde Baru, pemerintah berjuang keras untuk menyehatkan kehidupan politik dan pemerintahan yang telah diporak-porandakan oleh Orde Lama. Stabilitas politik dalam negeri ditata kembali sesuai dengan tuntunan Undang-Undang Dasar 1945, antara lainmelalui pemilihanumum. Penyelenggaraan pemilihan umum secara teratur merupakan keberhasilan pembangunan politik.

- Landasan idiil adalah Pancasila
- Landasan konstitusional adalah UUD 1945
- Landasan situasional/operasional adalah ketetapan MPRS
Semenjak lahirnya Orde Baru, pemerintah berjuang keras untuk menyehatkan kehidupan politik dan pemerintahan yang telah diporak-porandakan oleh Orde Lama. Stabilitas politik dalam negeri ditata kembali sesuai dengan tuntunan Undang-Undang Dasar 1945, antara lainmelalui pemilihanumum. Penyelenggaraan pemilihan umum secara teratur merupakan keberhasilan pembangunan politik.
Berdirinya pemerintah orde baru dan ciri pokok dari kebijakan-kebijakan yang
dihasilkan
Diangkatnya Mayjen
Soeharto menjadi Presiden Republik Indonesia
Pada 27 Maret 1968, Majelis permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS),
mengangkat Letjen Soeharto sebagai Presiden Republik Indonesia. Hal tersebut
terdapat dalam ketetapan MPRS No. XLIV/MPRS/1968. Dalam melaksanakan
pembangunan nasional, pemerintah Orde baru mempunyai berbagai acuan dalam
merencanakan program pembangunan dan peningkatan perekonomian Indonesia. Salah
satu program kerja pemerintahan Orde baru adalah Trilogi Pembangunan.

1. Pemerataan
pembangunan negara beserta hasil-hasilnya, dengan konsentrasi pada terciptanya
prinsip keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
2. Merencanakan,
melaksanakan, dan mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi.
3. Menciptakan
stabilitas nasional
·
Kebijakan-kebijakan
Ekonomi Era orde baru
Kebijakan perekonomian di era
orde baru telah disusun sebelumnya pada 1966. Sejak Soeharto diberikan mandat
Supersemar dimasa itu. MPRS mengeluarkan Ketetapan No. XXIII/MPRS/1966 yang
berisi tentang Pembaruan Kebijaksanaan Landasan Ekonomi, Keuangan dan
Pembangunan.
Pada awal masa
pemerintahan Orde baru, Soeharto dihadapkan oleh utang peninggalan Orde lama
yang mencapai 2,2-2,7 miliar dolar Amerika Serikat. Untuk menanggulanginya,
Soeharto mencanangkan berbagai kebijakan-kebijakan ekonomi dalam dan luar
negeri.
Dikeluarkannya
Peraturan 28 Juli 1967. Kebijakan ini dikeluarkan untuk memberikan stimulasi
kepada pengusaha, agar mau menyerahkan sebagian dari hasil usahanya untuk
sektor pajak dan ekspor Indonesia. Tujuannya adalah agar para pengusaha
Indonesia dapat turut serta untuk merangsang perkembangan perekonomian.
Soeharto juga
menerapkan kebijakan ekonomi yang berorientasi luar negeri, yaitu dengan
melakukan permintaan pinjaman dari luar negeri.
Indonesia juga
tergabung ke dalam institusi ekonomi internasional, seperti International Bank
for reconstruction and Development (IBRD), International Monetary Fund (IMF),
International Development Agency (IDA), dan Asian Development Bank (ADB).
Karakteristik utama
pemerintahan Orde baru adalah berusaha untuk membangun pembangunan yang
terdistribusi secara merata di seluruh Indonesia. Orde baru juga memusatkan
pembangunan pada sektor pertanian untuk meningkatkan kapabilitas ekonomi dan
kesejahteraan rakyat.
Jika dibandingkan
dengan Orde Lama, perbedaan mendasar dalam perekonomian Orde Baru terletak di
dalam proses pencarian sumber danan pembangunan.
·
Kebijakan-Kebijakan
Pembangunan Era Orde Baru
Pemerintah Orde baru mencanangkan program pembangunan jangka panjang yang
bernama Rencana Pembangunan Lima Tahun (REPELITA). REPELITA terbagi dalam
pelaksanaan Pembangunan Lima Tahun (PELITA).
·
Kebijakan
Sosial-Politik Orde Baru
Dalam bidang politik, salah satu langkah yang dilakukan oleh Soeharto
adalah melakukan fusi partai politik. Praktik tersebut dilakukan pada tahun
1975, dengan berdasar pada UU No. 3 1975. Fusi tersebut menghasilkan Kelompok
Demokrasi Pembangunan, dan Kelompok Golongan Karya.
·
Menguatnya peran
negara pada masa orde baru dan dampaknya terhadap kehidupan sosial politik
masyarakat
Pada masa pemerintahan orde
baru, struktur kinerja dan peran negara menjadi sangat kuat karena didukung
oleh pemusatan dan penguatan 3 sektor utama, yaitu sektor militer, ekonomi, dan
budaya.
Menguatnya peran negara dalam
kehidupan masyarakat Indonesia di masa Orde baru merupakan kekuatan utama bagi
Soeharto dalam meraih kepentingan nasional dan internasional.
Menguatnya posisi Golkar di masa
pemerintahan Orde baru menunjukkan kuatnya peran pemerintahan dalam menentukan
perkembangan kehidupan masyarakat.
Menguatnya peran negara Indonesia
di masa Orde baru juga tidak terlepas dari strategi agregasi yang diterapkan
oleh Soeharto. Salah satu strateginya adalah adanya sistem reward and
punishment terhadap orang-orang yang mendukung atau menentang kekuatan
Orde baru.
How to play baccarat - The Urban Dictionary
BalasHapusbaccarat is a card game where you 제왕 카지노 bet on whether or not 바카라사이트 you should hit a big winning 바카라 hand with a large or low hand.